Rabu, 21 Maret 2018

Review Film Ruqyah




Setahun yang lalu, MD Pictures membawa Film Munafik, horor asal Malaysia untuk ditayangkan di Indonesia. Sekarang, Pichouse Films Production yang berada dibawah naungan MD Pictures, merelease Film Ruqyah The Exorcism. Sekilas dengan melihat trailer, ada kemiripan dengan Munafik. Tapi bukan berarti ini film jiplakan. Karena dari cerita sendiri, sudah berbeda. Lalu apakah Ruqyah The Exorcism ini mampu disandingkan dengan Munafik?

poster dari film Ruqyah mampu menampilkan 'kegelapan' yang justru membuat penonton penasaran. Sesuai dengan judulnya, objek utama yang ditampilkan adalah seorang yang sedang kerasukan, bahkan di visualkan orang tersebut bisa sampai kayang seperti itu. Ini menimbulkan tanya kepada penonton, apa yang terjadi dengan tokoh tersebut, hingga bisa jadi seperti itu. Strategi yang baik untuk menarik calon penonton ke bioskop.



Sekali lagi Pichouse Films dan MD Pictures berhasil meracik trailer yang apik untuk Ruqyah. Susunan gambarnya, menggiring rasa penasaran penonton semakin besar. Gelaran audio visual arahan Sutradara Jose Poernomo, menambah tingkat kemegahan trailer Ruqyah.

Bercerita tentang seorang artis yang merasakan hal-hal ganjil dihidupnya semenjak dia ingin kembali 'ke jalur normal', dan secara tidak sengaja bertemu dengan seorang wartawan yang nantinya akan membantu langkahnya untuk kembali 'ke jalur normal'. Premis yang cukup menarik sebenarnya, namun eksekusinya? Ruqyah seperti film pendek yang di panjang-panjangkan. Bingung arah alur ceritanya mau seperti apa. Akibatnya banyak plot hole. Motivasi dalam setiap roda cerita berputar, tak ubahnya hanya untuk treatment 'menakut-nakuti' penonton.



Berdasarkan kisah nyata di kalangan pelaku dunia hiburan tanah air, Ruqyah The Exorcism  Walau trailer film sangat meyakinkan, sayangnya film ini gagal, laku, dan mengecewakan. Secara judul, inti penyampaian cerita bisa saja tergambarkan, tetapi penonton tidak akan mendapatkan apa-apa. Tiba-tiba saja film berakhir saat adegan ruqyah berlangsung dan membuat adegan-adegan sebelumnya menjadi sesuatu yang membuang waktu saja. 



Dan untuk situasi nya , Situasi cukup menegangkan dan mengejutkan berhasil ditangkap dengan gambar, suara, serta sosok-sosok menakutkan agaknya sangat baik disini, di samping penyampaian ceritanya yang tidak tepat sasaran tadi. Jose Poernomo, sutradara sekaligus pengarah gambar (DOP), suatu kali menggunakan teknik long take dengan mengikuti tokoh utama, mendukung terciptanya efek kejut sebagaimana tren film saat ini. Penggunaan efek dalam film ini tidak berlebihan, hanya saja terasa kaku dan ketinggalan, mengingat film horor saling berlomba-lomba menggunakan efek khusus.sedangkan untuk audio , Beda lagi dengan audio. Tak terdengar spesial sebenarnya untuk penataan audio di Ruqyah. Bahkan untuk musik ilustrasinya, terdengar 'terlalu berisik'. Ada part-part yang sebenarnya tak perlu dijejali musik yang 'rame', dan ada part yang asyik dinikmati dengan athmosphere saja cukup. Yaa mungkin ini selera? Tapi secara keseluruhan, audio Ruqyah bisa dinikmati kok.




akan tetapi cerita terasa kabur karena adegan per adegan terlalu cepat berakhir hingga meninggalkan kesimpulan yang terlalu lebar. Informasi cerita lewat dialog yang diucapkan terdengar kaku dan klise, pengenalan para tokoh juga tidak terbangun dengan baik, walau motivasi kemunculannya jelas. Pemilihan judul dan inti cerita meleset dari apa yang diharapkan penonton, kecuali jika tujuannya hanya untuk menakut-nakuti saja.Antara sinematografi dan editing menampilkan gambar yang cukup baik, walau belum cukup indah. Seperti pada adegan tokoh Asha diganggu, ada teknik crosscutting antara dunia lain dan dunia nyata, sehingga bisa dipahami apa yang terjadi pada tokoh tersebut. Ruqyah: The Exorcism semata hanya sebagai sensasi saja dan mengekor tren barat tanpa menambahkan sesuatu yang baru dan bernilai bagi genre dan industri film kita.

Ruqyah memang bukan jiplakan dari Munafik. Namun Ruqyah memang masih jauh dibawah Munafik. Ruqyah masih terasa religi hanya menjadi topeng saja. Sisi keagamaan yang ada di Ruqyah, hanya sebatas tempelan saja. Sebagai film dengan judul yang terasa religi, seharusnya Ruqyah bisa jauh lebih baik dibandingkan ini.

Tidak ada komentar: