Film Horor yang cukup membangkitkan rasa penasaran ini , yang diperankan oleh artis cantik Prilly Latuconsina , film yang diangkat dari kisah nyata yang menceritakan seorang wanita indigo yang bernama Risa Saraswati. Danur bukan nama tokoh, bukan nama hantu ataupun tempat terjadinya kisah nyata di film ini. Danur, adalah bau anyir atau bisa dikatakan bau “maaf” mayat yang tercium saat hantu datang, tambah membuat penasaran, bukan? Apakah film ini sesuai ekspetasi para penikmat film horor Indonesia, yang mulai menadah kepada para pembuat film Indonesia agar tidak menjual lagi film horor bergenre komedi esek-esek?
Oke, membahas film horor di Indonesia tidak luput dari jaman kelam film horor Indonesia pada tahun 2000-an yang menjual film esek-esek berbalut film horor, sampai mendatangkan bintang porno terkenal. Dan saat itu, film horor yang menurut saya bisa dipercaya hanya dari dua orang sutradara. Joko Anwar dan Upi, ya mereka konsisten dengan film horor yang berkualitas. Pintu terlarang dan Modus Anomali-nya Joko Anwar serta salah satu film favorit saya, Belenggu-nya Upi. Mereka berdua membuktikan film horror tidak melulu soal sosok hantu. Tapi tentu kita tidak akan lupa dengan film horor Indonesia yang mempunyai sosok hantu yang begitu kuat, Jaelangkung.
Film Danur fim yang disutradarai oleh Awi Suryadi, yang saya tahu nama itu dari film horor yang berjudul Badut 2015.Jujur,saya belum melihat film itu, tapi dari banyak review positif lalu tertariknya media dan sineas luar terhadap film ini. Setelah ini saya akan memberikan ulasan secara mendalam tentang film ini, mohon yang belum menonton film ini jangan melanjutkan membaca. Karena disamping tidak akan seru bila kalian membaca lalu menonton film ini, dan yang paling utama, karena kita harus menghargai sebuah karya.
Awal dari film ini banyak dihabiskan untuk mengenalkan ketiga hantu kecil itu, di dalam poster film tentu kita akan segera menyimpulkan ketiga hantu inilah yang akan membuat masalah, ternyata tidak. Hubugan Risa kecil dan ketiga hantu untuk menggiring kesimpulan penonton bahwa mereka bertiga hantu yang baik. Sedikit curiga ketika ketiga hantu itu muncul. Riasan mereka tidak seperti hantu, bahkan ada satu scene satu anak yang sedang berkeringat. Sedikit kecewa tentang pemilihan cerita, walau pada akhir babak pertama kita diberi alasan mengapa wajah mereka tidak “sejelek” hantu pada umumnya. Pada scene itu kita juga diberi tahu apa arti Danur, padahal semua cerita itu bisa saja dieksekusi sekitar 10 menit di awal cerita. Oia satu lagi, penjelasan yang panjang tadi juga bertujuan mengenalkan pohon misteri yang akan berhubungan di babak selanjutnya.
Pada babak selanjutnya tidak ada transisi yang menunjukkan bahwa film sudah berpindah waktu. Kita ditunjukkan Risa dewasa (Prilly Latucosina), berada di mobil bersama ibunya yang sudah lebih tua, walau kita dipaksa menyimpulkan itu, karena sedikit sekali perbedaan dari ibu Elly di babak pertama. Di mobil itu, ada adik Risa yang seumuran Risa waktu kecil. Kita tidak diberi keterangan lebih, kita harus menerima kalau Risa dengan adiknya Riri (Sandrina Michelle) kembali ke rumah masa kecil Risa. Riri dan Risa ditugaskan menjaga sang nenek (Inggrid Widjanarko) di rumah itu, sebelum suster baru datang. Kita juga diperkenalkan dengan tokoh Andri (Indra Brotolaras) sebagai anak dari tante Risa.
Seharusnya kita ditunjukkan bagaimana kehidupan Risa setelah kejadian di waktu kecil, waktu untuk menunjukkan transisi itu mungkin sudah habis untuk menjelaskan babak pertama. Ketika babak kedua dimulai, kita dikenalkan dengan hantu lain yang merupakan inti dari cerita (bukan tiga hantu anak kecil tadi).Asih (Shareefa Daanish) merupakan suster yang bertugas merawat nenek, yang dari pertama muncul penonton pasti mengerti dia hantu. Ok, Shaeefa Daanish adalah orang yang bertugas membuat saya meloncat ketika berperan di “Rumah Dara”.
Jujur sebelum pergi ke bioskop, saya belum membaca cast film ini, yang saya tahu hanya Prilly. Ketika tahu Shareefa bermain jadi hantu, nice !!! Adrenalin saya terpacu. Dan, memang benar dia adalah bintang dari film ini. Akting yang sangat natural, lirikan mata yang menyeramkan, ah pantas dia menang kategori aktris terbaik di salah satu festival film Korea Selatan. Saat hantu Asih mulai menghantui seisi rumah, ada satu scene yang dia berubah menjadi sebuah “gerakan zombie” yang keluar dari sebuah cermin. diadegan tersebut saya merasa sangat terkejut sekali membuat jantung saya berdebar begitu kencang , karena saking terkejutnya , saya yakin itu juga hal yang sama yang kalian rasakan yah.
Tapi saya gembira dengan perkembangan film di indonesia secara keseluruhan, khususnya di film Danur ini. Tanpa embel-embel horor komedi esek-esek, berdiri sendiri sebagai film horor murni patut diapresiasi.Tentu masih banyak kekurangan yang diperbaiki. Penulisan skenario yang kaku dan pembangunan cerita yang masih belum terlalu kuat tentu adalah hal yang mudah diperbaiki. Tidak ada salahnya sebuah film horor ditambahkan shot-shot sinematografi, transisi yang bagus atau pergerakan kamera yang lebih bagus.Jadi penonton tidak hanya "ditakuti" oleh sosok hantu, musik yang membuat kaget ataupun sosok yang mucul secara tiba-tiba (horor modern). Walaupun yang ditampilkan Ary Suryadi tidaklah buruk.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar